KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Budi Utomo” ini tepat waktu.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak Drs. Ketut Sedana Artha M.Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Indonesia 3 yang telah memberikan arahan serta bimbingan kepada kami yang terkait dengan penyelesaian makalah ini. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan Jurusan Pendidikan Sejarah dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan-kesalahan sehingga masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini. Apabila dalam penyususnan atau penulisan makalah ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan di hati pembaca, penulis menyampaikan permintaan maaf yang sebesar-besarnya.
Akhirnya, penulis menyampaikan selamat membaca makalah yang telah penulis persembahkan ini. Semoga makalah ini dapat berguna dan memenuhi fungsi sebagaimana mestinya. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.
Singaraja, Maret 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................. 5
2.1 Latar Belakang Lahirnya Budi Utomo..................................................................................... 5
2.2 Asas dan Tujuan Budi Utomo.................................................................................................. 7
2.3 Berakhirnya Organisasi Budi Utomo ...................................................................................... 8
BAB III PENUTUP..................................................................................................................... .9
3.1 Simpulan................................................................................................................................ . 9
3.2 Saran........................................................................................................................................ .9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah ‘pergerakan’ mengandung pengertian khas, berlainan dengan pengertian ‘perjuangan’ yang dimaksud disini ialah perjuangan untuk mencapai kemerdekaan dengan menggunakan organisasi yang teratur. Dan dengan istilah ‘nasional’ dimaksudkan untuk membatasi pokok pembicaraan kita tentang pergerakan-pergerakan yang bercita-cita nasional yakni cita-cita mencapai kemerdekaan Bangsa. Sudah banyak dikemukakan pendapat, bahwa timbulnya pergerakan nasional tidak bisa dipisahkan dari bangkitnya nasionalisme di Asia, yang dianggap reaksi terhadap Imprealisme (penjajahan). Atau kalau kita memunjam istilahnya Prof. Toynbee, nasionalisme itu merupakan jawaban bangsa Asia atau Indonesia terhadap tantangan barat.
Menurut pendidikian Prof. Toynbee, reaksi bangsa asia terhadap kolonialisme dan imprealisme barat itu ada dua macam bentuknya yaitu ;
1. Reaksi yang dinakaman dengan istilah Zelotisme yakni reaksi yang berupa menutup pintu rapat-rapat bagi pengaruh barat atau istilah Isolasi. Dapat juga dinamakan perlawanan pasif yakni menolak pengaruh barat.
2. Reaksi yang dinamakan dengan istilah Herodinamisme yakni dengan membuka pintu lebar-lebar bagi pengaruh barat, meniru cara-cara barat dan kalau telah kuat digunakan untuk mengukur imprealisme barat. Dapat juga dikatakan perlawanan aktif yakni menentang pengaruh barat dengan menggunakan alat-alat dan senjata dari barat sendiri.
Bangkitnya nasionalisme di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari bangkitnya nasionalismre di Asia . Namun mengatakan bahwa timbulnya pergerakan nasionalisme itu disebabkan oleh pengaruh-pengaruh dari luar Indonesia saja seperti misalnya karena pengaruh kemenangan Jepang atas Rusia di tahun 1905, harus kita terioma secara hati-hati. Sebab-sebab bangkitnya nasionalisme di Indonesia dan tumbuhnya pergerakan nasional Indonesia itu, tidak harus dicari diluar pagar tanah air, sebab-sebab itu telah tertanam subur di bumi Indonesia sendiri.
Reaksi pada masa-masa sebelum tahun 1905 pernah dicetuskan dengan perlawanan senjata dan dilakukan oleh misalnya Sultan Agung Mataram, pangeran di Ponogoro, Cik Ditiro, dan lain-lainnya namun perlawanan mereka gagal tetapi ini telah membuktikan nyata bahwa semangat nasional telah lama bergejolak pada dada bangsa Indonesia sebagai reaksi terhadap penderitaan lahir dan batin akibat kolonialisme itu. Kegagalan perlawanan bersenjata oleh beberapa pejuang telah menyadarkan pemimpin-pemimpin Bangsa pada waktu itu untuk merubah taktik dan cara-cara perlawanan. Semula dicoba dengan gerakan-gerakan yang disebut dengan gerakan emansipasi. Gerakan ini pada hakekatnya merupakan penjelmaan kebangkitan suatu bangsa dan cita-cita.
Dalam cita-cita ke bangsaan ini ada dua tujuan yang penting yakni tujuan kemerdekaan bangsa serta cita-cita membentuk suatu bangsa. Kedua cita-cita ini dapat pada pergerakan. Disamping itu organisasi pergerakan itu mempunyai suatu ikatan yang menyatukan mereka yakni antara lain :
a. Pertentangan dengan kekuasaan politik.
b. Keinginan mereka mengapuskan sistem kolonial dan mencapai kemerdekaan
Demikianlah maka pergerakan nasional di Indonesia tumbuh dan berkembang sebagai reaksi-reaksi terhadap stelsel kolonial dan kelahirannya dipercepat oleh beberapa kejadian yang anatara lain dapat disembuhkan seperti misalnya:
1. Tersia-sia rakyat Indonesia dalam bidang pengajaran dan pendidikan.
2. Perlakuan pemerintah kolonial yang sangat melukai hati rakyat.
3. Suara beracun pers Belanda serta sikap angkuh dari masyarakat Belanda Indonesia .
4. Adanya gerakan orang-orang cina dengan didirakannya perguruan bagi masyarakat mereka sendiri yakni Tionghoa Hawee Kwan (1901).
Kejadian-kejadian seperti diatas inilah yang mempercepat proses lahirnya pergerakan nasional di Indonesia. Penderitaan lahir batin yang tak tertahankan lagi ditambah pengaruh kejadian-kejadian didalam dan diluar tanah air yang merupakan dorongan yang mempercepat lahirnya pergerakan nasional dan titik berangkat itu dimulai pada tanggal 20 mei 1908 yakni tahun berdirinya Budi Utomo sebagai pergerakan rakyat yang mula-mula lahir. Berdirinya organisasi Budi Utomo merupakan oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo dan mendapat persetujuan dan pelajar-pelajar STOVIA seperti Sutomo, Gunawan, Gumbreg, dan lain-lainnya yang dimana organisasi Budi Utomo ini bertujuan untuk membantu beasiswa kepada pelajar-pelajar Bumi Putera (Kansil dan Julianto, 1990. 15-22).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas , dapat dirumuskan beberapa masalah yang ingin dipecahkan yaitu :
1.2.1. Bagaimana latar belakang lahirnya organisasi Budi Utomo di Indonesia ?
1.2.2. Bagaimana asas dan tujuan berdirinya Budi Utomo di Indonesia ?
1.2.3. Apa yang menyebabkan berakhirnya organisasi Budi Utomo di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan utama dalam makalah ini adalah untuk:
1.3.1. Untuk mengetahui latar belakang lahirnya organisasi Budi Utomo di Indonesia.
1.3.2. Untuk mengetahui asas dan tujuan berdirinya Budi Utomo di Indonesia.
1.3.3. Untuk mengetahui menyebabkan berakhirnya organisasi Budi Utomo di Indonesia.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini sebagai berikut.
1. Bagi penulis
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang organisasi pergerakan nasional di Indonesia.
2. Bagi masyarakat
Bagi masyarakat, diharapkan makalah ini dapat memberikan pengetahuan tambahan tentang organisasi pergerakan nasional di Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan.
3. Bagi pemerintah
Makalah ini diharapkan bermanfaat bagi pemerintah dalam meningkatkan sosialisasi mengenai perjuangan pada masa pergerakan nasional di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Latar Belakang Lahirnya Budi Utomo
Budi Utomo merupakan sebuah organisasi modern pertama kali di Indonesia yang didirikan oleh dr. Sutomo pada tanggal 20 Mei 1908. Menurut beberapa sarjana, perkataan Budi Utomo berasal dari kata Sansekerta, yaitu bodhi atau budhi, berarti “keterbukaan jiwa”,”pikiran”,” kesadaran”, “akal”, atau “pengadilan”. Tetapi juga bisa berarti “ daya untuk membentuk dan menjunjung konsepsi dan ide-ide umum”. Sementara itu, perkataan Jawa utomo berasal dari uttama, yang dalam bahasa Sansekerta berarti “ tingkat pertama” atau “ sangat baik”( Gonda dalam Akira Nagazumi, 1989: 58).
Dr. Wahidin Sudirohusodo (1857-1917) merupakan pembangkit semangat organisasi Budi Utomo. Sebagai lulusan sekolah dokter Jawa di Weltvreden (sesudah tahun 1900 dinamakan STOVIA), ia merupakan salah satu tokoh intelektual yang berusaha memperjuangkan nasib bangsanya. Pada tahun 1901 Dr. Wahidin Sudirohusodo menjadi direktur majalah Retnodhoemilah (Ratna yang berkilauan) yang diterbitkan dalam bahasa Jawa dan Melayu, yang dikhususkan untuk kalangan priyayi. Hal ini mencerminkan perhatian seorang priyayi terhadap masalah-masalah dan status golongan priyayi itu sendiri. Ia juga berusaha memperbaiki masyarakat Jawa melalui pendidikan Barat (Ricklefs, 1991:248- 249).
Namun tidak semua golongan priyayi mendukung berdirinya Budi Utomo tersebut. Hal ini disebabkan kaum priyayi birokrasi dari golongan ningrat atau aristikrat mengadakan reaksi jika gerakan tersebut mengancam kedudukan kaum aristokrasi yang menginginkan situasi status quo, yaitu keadaan yang dapat menjamin kepentingan mereka (Sartono Kartodirdjo, 1993:102). Gerakan kaum terpelajar tersebut akan membawa perubahan dalam struktur sosial sehingga kaum intelektual akan mengurangi ruang lingkup kekuasaan elite birokrasi.
Program utama dari Budi Utomo adalah mengusahakan perbaikan pendidikan dan pengajaran. Programnya lebih bersifat sosial disebabkan saat itu belum dimungkinkan didirikannya organisasi politik karena adanya aturan yang ketat dari pihak pemerintah Hindia Belanda. Disamping itu, pemerintah Hindia Belanda sedang melaksanakan program edukasi dari politik ethis sehingga terdapat kesesuaian kedua program (Kansil, 1986:22-23). Budi Utomo merupakan organisasi pelajar dengan para pelajar STOVIA sebagai intinya dengan gerakan awal jangkauannya hanya terbatas pada Jawa dan Madura. Jangkauan wilayah yang terbatas ini, menjadikan Budi Utomo dianggap sebagai organisasi yang bersifat kedaerahan, karena salah satu programnya berbunyi “ de harmonische ontwikkeling van land en volk van Jawa en Madura” (kemajuan yang harmonis bagi nusa Jawa dan Madura). Dengan demikian, mencerminkan kesatuan administrasi kedua pulau tersebut yang mencakup juga masyarakat Sunda yang kebudayaannya mempunyai kaitan dengan Jawa meski yang dipakai sebagai bahasa resmi organisasi adalah bahasa Melayu (Ricklefs, 1991:24).
Pada tanggal 5 Oktober 1908, Budi Utomo mengadakan konggresnya yang pertama di Yogyakarta . Konggres ini berhasil menetapkan tujuan organisasi yaitu ; Kemajuan yang harmonis antara bangsa dan negara, terutama dalam memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, tehnik , industri serta kebudayaan. Sebagai ketua Pengurus Besar yang pertama terpilih R.T Tirtokusumo,bupati Karanganyar sedangkan anggota-anggota Pengurus Besar pada umumnya pegawai pemerintahan atau mantan pegawai pemerintahan dengan pusat organisasi berada di Yogyakarta (Pringgodigdo, 1984:1). Pengurus hasil konggres ini merupakan dewan pimpinan yang didominasi oleh para pejabat generasi tua yang mendukung pendidikan yang semakin luas dikalangan priyayi dan mendorong pengusaha Jawa (Ricklefs, 1991: 250).
Setelah cita-cita Budi Utomo mendapat dukungan semakin luas dikalangan cendekiawan Jawa maka para pelajar tersebut memberi kesempatan kepada golongan tua untuk memegang peranan yang lebih besar bagi gerakan ini. Ini dibuktikan dengan terpilihnya golongan tua sebagai pengurus dalam konggres Budi Utomo I di Yogyakarta. Ketua terpilih R.T Tirtokusumo, sebagai seorang bupati lebih memperhatikan reaksi daro pemerintah kolonial Belanda dibanding reaksi dari warga pribumi (Nugroho Notosusanto, 1975:182).
2.2. Asas dan Tujuan Budi Utomo
Asas dan tujuan Budi Utomo adalah menyadarkan kedudukan Bangsa Jawa, Sunda, dan Madura pada diri sendiri dan berusaha mempertinggi akan kemajuan mata pencaharian serta penghidupan Bangsa disertai dengan jalan memperdalam keseniaan dan kebudayaan (Wirjosuparto, 1958 : 102). Selain tujuannya yang lain adalah menjamin kehidupan sebagai Bangsa yang terhormat dengan menitik beratkan pada soal pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan atau secara samar-samar menyebutkan kemajuan bagi Bangsa Hindia dimana jangkuan geraknya terbatas pada Jawa dan Madura serta baru meluas untuk penduduk Hindia seluruhnya dengan tidak memperhatikan perbedaan keturunan, kelamin, dan agama (Poeponegoro dan Notosusanto, 1992 : 178). Jika dicermati dari pernyataan tersebut, maka secara tersirat nampak pada Budi Utomo yakni kehormatan Bangsa. Bangsa yang terhormat adalah Bangsa yang memiliki derajat yang sama dengan Bangsa lain. Karena Bangsa Indonesia pada waktu itu tidak terhormat karena dijajah Belanda.
Teranglah sudah bahwa Budi Utomo telah mempunyai cita-cita tersembunyi yang kemudian menjadi cita-cita kaum Nasional Indonesia. Maka tepatlah kalau pemerintah mengakui secara resmi hari lahirnya Budi Utomo sebagai hari kebangkitan nasional, karena Budi Utomo bercita-cita nasional dan pergerakannya merupakan organisasi modern pada saat itu (Kansil dan Julianto, 1990 : 23).
Pada tahun 1928 Budi Utomo menambahkan suatu asas perjuangan yaitu “ikut berusaha melaksanakan cita-cita Bangsa Indonesia ”. Sungguh suatu langkah maju, karena waktu itu gelora persatuan telah berkumandang di udara pergerakan kita. Disitu nampak bahwa Budi Utomo sedang berusaha memperluas ruang geraknya. Tidak hanya menuju kehidupan harmonis bagi Jawa dan Madura tetapi lebih luas lagi yakni bagi persatuan Indonesia (Kansil dan Julianto, 1990 : 23). Walaupun pada awalnya Budi Utomo tidak berperan sebagai organisasi politik, namun dalam perjalanannya Budi Utomo terjun kepolitik. Hal ini terbukti pada tahun 1915 Budi Utomo ikut aktif dalam “Inlandsche Militie” dan waktu Volksraad dibentuk. Budi Utomo juga tergabung dalam “Radicale Concentratic” yakni persatuan aliran-aliran yang dicap kiri dalam Volksraad.
2.3. Berakhirnya Organisasi Budi Utomo di Indonesia
Runtuhnya organisasi budi Utumo yaitu pada tahun 1935, hal ini di sebabkan karena adanya tekanan terhadap pergerakan nasional dari pemerintah kolonial membuat Budi Utomo kehilangan wibawa, sehingga terjadi perpisahan kelompok moderat dan radikal dalam pengaruh Budi Utomo makin berkurang. Pada tahun 1935 organisasi ini bergabung dengan organisasi lain menjadi Parindra (Suhartono, 2001 : 31). Sejak saat itu Budi Utomo terus mundur dari arena politik dan kembali kekeadaan sebelumnya. Dalam bukunya Pringgodigdo, 1998:2-3, menyebutkan bahwa keruntuhan Budi Utomo disebabkan karena adanya propaganda kemerdekaan Indonesia yang dilakukan Indische Partji berdasarkan ke Bangsaan sebagai indier yang terdiri dari Bangsa Indinesia, Belanda Peranakan, dan Tionghoa. Banyak orang yang memandang Budi Utomo lembek oleh karena menuju “kemajuan yang selaras buat tanah air dan Bangsa” serta terlalu sempit keanggotaannya (hanya untuk Bangsa Indonesia dari Jawa, Madura, Bali, dan Lombok yaitu daerah yang berkebudayaan Jawa semata-mata) meninggalkan Budi Utomo.
Berdirinya Muhamadyah merugikan Budi Utomo, karena Budi Utomo tidak mencampuri agama. Jadi Budi Utomo kehilangan kedudukan monopolinya yang menyebabkan timbulnya perkumpulan beraliran Indisch-Nasionalisme Radikal yang beraliran demokratis dengan dasar agama dan yang beraliran keinginan mengadakan pengajaran modern berdasarkan agama dan ke Bangsaan diluar politik. Beranjak dipemerintahan kolonial menyebut Budi Utomo sebagai tanda keberhasilan politik Etis dimana memang itu yang dikehendakinya: suatu organisasi pribumi progresif-moderta serta dikendalikan oleh para pejabat. Pejabat-pejabat Belanda lainnya mencurigai Budi Utomo atau menganggapnya sebagai gangguan potensial. Desember 1909 Budi Utomo dinyatakan sebagai organisasi sah. Adanya sambutan hangat dari Batavia menyebabkan banyak orang Indonesia tidak puas dengan pemerintah yang mencurigai itu (Ricklefs, 2005 : 250-251).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Budi Utomo didirika pada tanggal 20 Mei 1908 oleh Sutomo dan kawan-kawanya dari pelajar-pelajar Stovia. Dimana anggota-anggota Budi Utomo adalah dari kalangan budaya priyayi. Asas dan tujuan budi utomo adalah menyadarkan kedudukan Bangsa Jawa, Sunda, dan Madura pada diri sendiri dan berusaha mempertinggi akan kemajuan mata pencaharian serta penghidupan bangsa disertai dengan jalan memperdalam keseniaan dan kebudayaan. Selain itu tujuannya yang lain adalah menjamin kehidupan sebagai bangsa yang terhormat dengan menitik beratkan pada soal pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan.
Berakhirnya organisasi budi Utomo yaitu pada tahun 1935, hal ini di sebabkan karena adanya tekanan terhadap pergerakan nasional dari pemerintah kolonial membuat Budi Utomo kehilangan wibawa, sehingga terjadi perpisahan kelompok moderat dan radikal dalam pengaruh Budi Utomo makin berkurang. Dalam bukunya Pringgodigdo, 1998 :2-3, menyebutkan bahwa berakhirnya Budi Utomo disebabkan karena adanya propaganda kemerdekaan Indonesia yang dilakukan Indische Partji berdasarkan kebangsaan sebagai indier terdiri dari bangsa Indonesia, Belanda Peranakan, dan Tionghoa. Berdirinya Muhamadiyah merugikan Budi Utomo, karena Budi Utomo tidak mencampuri agama. Jadi Budi Utomo kehilangan kedudukan monopolinya yang menyebabkan timbulnya perkumpulan beraliran Indisch-Nasionalisme Radikal yang beraliran demokratis dengan dasar agama dan yang beraliran keinginan mengadakan pengajaran modern berdasarkan agama dan kebangsaan diluar politik.
3.2 Saran
Organisasi pergerakan nasional seperti Budi Utomo sangat diharapkan menjadi suatu motivasi bagi para generasi muda dalam mempertahankan kemerdekaan yang nantinya dapat menuju kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Akira, Nagazumi.1989. Bangkitnya Nassionalisme Indonesia, Budi Utomo 1908-1918. Jakarta : PT Pustaka Utama Grafiti.
Nugroho Notosusanto, 1975. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta : Balai Pustaka
Poesponegoro dan Notosusanto, 1992. Sejarah Indonesia V. Jakarta : Dian Rakyat.
Priggodigdo, 1980. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta : Dian Rakyat.
Kansil,C.S.T. dan Julianto.1988. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Jakarta: Erlangga.
M.C Ricklefs.1991. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.
Suhartono. 2001. Sejarah Pergerakan Nasional. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ada blog tentang ajaran bung karno enggak nih mas?
BalasHapus